Kopi, k – o – p – i hitam tak menarik dan pait bagi yang tidak suka dengan kopi, tapi buat gue kopi punya banyak filosofi hidup didalamnya, bermakna sangat dalam. Kopi juga yang selalu menemani setia kalo sedang lebur kerjaan, ngobrol dengan orang atau sendiri menikmati sepi, gue bukan penikmat kopi sejati atau orang yang gila minum kopi cuman penikmat kopi biasa – biasa saja yang merasa kopi minuman istimewa karena dimana kopi tumbuh rasanya selalu berbeda dari mulai ketinggian, pohon apa yang didekatnya, hingga fermentasi dari hewan pun bias membuat rasanya berbeda, tapi ada satu rasa yang kopi nggak bisa dihilangkan, yaitu rasa PAHIT! disetiap ahir tegukannya. Sama seperti hidup, di setiap kebahagiaan diahirnya pasti ada kesedihan yang PAHIT! dan setiap minum kopi gue teringat untuk tidak terlalu berlebihan larut dalam kegembiraan karena sifatnya hanya sementara.
Perjalanan pagi itu mencari kopi diujung kota sampailah ke sebuah kedai di ujung barat kota Yogyakarta bukit menoreh Kulon Progo, yup kedai kopi pak Rohmat. Dengan bermodalkan GPS (google map) ahirnya gue sampe di kedai yang terletak di lembah bukit menoreh, udara disini cukup sejuk dan sambutan hangat dari Pak Rohmat yang baru gue kenal berasa pulang kerumah sendiri disambut dengan senyuman dan jabat tangan perjalanan jauh selama 1 jam pun sepertinya hilang berganti dengan energi baru untuk siap meminum kopi robusta buki Menoreh, tanpa basa basi pak Rohmat menunjukan jalan ke kedai belakang rumahnya yang sederhana tapi ini yang gue cari tempat duduk bambu dan meja kayu pepohonan yang rindang tanpa bisingnya suara kendaraan yang berlalu lalang maupun musik semua digantikan dengan heningnya suasana pedesaan.
Oleh pak Rohmat petani kopi sekaligus pemilik kedai kopi gue di suruh nunggu sebentar, karena kopinya sedang di proses secara tradisional dan beliau bilang pengolahannya turun menurun dari nenek moyang jadi dijamin kopinya sangat tradisional. 10 menit berlalu sambil ngobrol panjang lebar dan ahirnya kopi-nya muncul dan tidak hanya kopi saja tapi beserta cemilan ala pedasaan yang bikin gue merasa tamu istimewa.
Kopi Robusta rasa alam bukit menoreh Kulon Progo, beserta kacang rebus, geblek, gorengan dan ketela rebus dan beberapa pilihan gula untuk untuk dimasukkan ke kopi. Dari gula jawa dan gula pasir yang disajikan gue lebih suka tanpa gula karena tanpa gula kopi baru terasa rasanya.
Sambil gue menikmati kopi pak Rohmat juga menemani berbincang panjang lebar mulai dari masalah kopi hingga politik mungkin ini salah satu yang membuat gue merasa nyaman berada disini selama 5 jam, keramahan beliau sangat luar biasa. Ngobrolin kopi rasanya kurang kalo belum bertanya tentang kopi luwak yang terkenal mahal di kota kota besar, Iseng iseng tanya ternyata pak Rohaman juga punya kipi Luwak dengan harga yang terjangkau hanya 25RB saja untuk menikmati kopi yang katanya memiliki rasa yang luar biasa enaknya, sayang sore itu gue belum berkesemaptan untuk menikmati kopi luwak hanya bisa melihat bijinya saja, karena masih dalam bentuk biji yang belum di kupas disitu juga masih terdapat sedikit kotoran luwak dan terlihat jelas kalo itu benar – benar berasal dari luwak. Mungkin kujungan ke dua gue bakal nyicipin kopi luwak yang murah meriah ini dan asli dari petaninya 🙂 ,
Buat yang mau berkunjung ke kedainya pak Rohmat diatas sudah ada no HP nya kalo butuh google mapnya ada dibawah ini ya bro! . jangan lupa sampaikan salam gue untuk beliau… (seto)